Pragmatik
Thomas (1995: 2) menyebut dua kecenderungan dalam pragmatik terbagi menjadi dua bagian, pertama, dengan menggunakan sudut pandang sosial, menghubungkan pragmatik dengan makna pembicara (speaker meaning); dan kedua, dengan menggunakan sudut pandang kognitif, menghubungkan pragmatik dengan interpretasi ujaran (utterance interpretation). Selanjutnya Thomas (1995: 22), dengan mengandaikan bahwa pemaknaan merupakan proses dinamis yang melibatkan negosiasi antara pembicara dan pendengar serta antara konteks ujaran (fisik, sosial, dan linguistik) dan makna potensial yang mungkin dari sebuah ujaran ujaran, mendefinisikan pragmatik sebagai bidang yang mengkaji makna dalam interaksi (meaning in interaction). Manakal Leech (1983: 6 (dalam Gunarwan 2004: 2)) melihat pragmatik sebagai bidang kajian dalam linguistik yang mempunyai kaitan dengan semantik. Keterkaitan ini ia sebut semantisisme, yaitu melihat pragmatik sebagai bagian dari semantik; pragmatisisme, yaitu melihat semantik sebagai bagian dari pragmatik; dan komplementarisme, atau melihat semantik dan pragmatik sebagai dua bidang yang saling melengkapi.
Mey (1998), seperti dikutip oleh Gunarwan (2004: 5), mengungkapkan bahwa pragmatik tumbuh dan berkembang dari empat kecenderungan atau tradisi, yaitu: (1) kecenderungan antisintaksisme; (2) kecenderungan sosial-kritis; (3) tradisi filsafat; dan (4) tradisi etnometodologi. Dalam bidang ini pengkaji cuba mengkaji pragmatik yang berlaku dalam dialek Marang yang dimana melibatkan kata panggilan dimana setiap kata pagglinan digunakan berbeza-berbeza mengikut dengan siapa mereka berkomunikasi
DATA 1
Jadual 1
KGTN pertama
a) Saya
Dalam bahasa dialek Marang pengguna akan menggunakan kata ganti pertama menggunakan saya kepada mereka yang baru dikenali dan dengan mereka yang lebih tua. Ini kerana untuk menunjukkan rasa hormat kepada mereka.
b) Aku
Kata panggilan aku pula digunakan apabila seseorang itu telah akrab dan rapat. Walaupun kelihat kasar bagi penggunaan bahasa Melayu Standard namun dalam dialek Marang ia menunjukkan kemesraan. Kata panggilan ini hanya digunakan kepada mereka-mereka yang tertentu sahaja seperti adik beradik dan kawan rapat.
c) Ambe
Terdapat juga kata panggilan ambe didalam dialek Marang. Ia seakan-akan kata panggilan ‘ambo’ bagi kata ganti nama diri masyarakat Kelantan namun ia berbeza sedikit dimana dalam dialek Marang ia diakhir oleh fonem /e/. Kata ini tidak lah sekerap digunakan oleh masyarakat Kelantan tapi hanya dalam situasi tertentu sahaja. Ini dimana penutur ingin bergurau atau bertanya sesuatu benda yang tertuntu sahaja dengan orang yang mereka rapat. Hal ini kerana, penggunaan kata ini lebih lembut dan kadang-kadang menunjukkan kasih sayang antara mereka.
Jadual 2
KGTN dua
a) Awak
Kata panggilan awak juga digunakan bersama dengan kata panggilan pertama saya seperti diatas. Kata panggilan ini hanya digunakan ketika bercakap dengan orang lebih tua dan mereka yang baru dikenali. Ini bagi menunjukkan ciri kesopan kerana dimana kita masih berpengang pada adat dimana apabila berkomunikasi dengan orang tua hendak lah menggunakan bahasa halus. Manakala dengan mereka yang dikenali juga diggunakan panggilan bagi menjaga pertuturan kerana kita masih teidak begitu jelas dengan keperibadiaan mereka.
b) Mung
Mung adalah kata panggilan yang merujuk kepada kata panggilan kamu dalam bahasa Melayu standrad. Namun begitu dalam bahasa dialek Marang leksikal ini berubah menjadi /mung/. Kata panggilan ini hanya diggunakan dengan mereka yang rapat sahaja
c) Deme
Kata panggilan deme dalam bahasa dialek Marang hanya diggunakan bersama dengan kata panggilan ambe. Ia jarang diggunakan. Hanya diggunakan menggikut situasi tertentu. Kebiasaannya keadaan di mana seseorang individu ingin mencipta mood mesra dengan pasangan komunikasinya.